BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan kewajiban setiap
muslim. Secara etimolologi dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’a, yad’u,
da’wan, du’a yang artinya sebagai ajaran, menyeru, memanggil, seruan,
permohonan dan permintaan. Istilah dakwah ini sering diberi arti yang sama
dengan istilah-istilah tabligh, amar ma;ruf dan nahi munkar, nau’idzhoh hasanah
tabsyir, tabiyah, ta’lim dan khutbah.
Sebelum mendata seluruh kata dakwah,
dapat didefinisikan bahwa dakwah adalah sebagai kegiatan mengajak, mendorong
dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk memilih jalan Allah dan
istiqomah di jalanNya serta berjuang bersama meninggikan agama Alllah. Oleh
karena itu, secara terminologi pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif
ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.[1]
Namun dari semua pengertian dakwah
diatas, tidak hanya sebatas itu pengertian dakwah, karena didalam Al-Qur’an ada
beberapa ayat yang ditafsirkan bahwa dakwah bias juga bemakna doa seperti dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 186, Ar-radu ayat 13-14, dan ayat-ayat yang
lain secara gamblan atau jelas menjelaskan pengertian dakwah tidak sebatas
ajakan, seruan, maupun panggilan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat
di ambil dari beberapa permasalahan yaitu :
1. Apa
pengertian dakwah menurut Surat Al-Baqarah ayat 186 ?
2. Bagaimana
pengertian dakwah menurut surat-surat yang lain ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
menurut Surat Al-Baqarah ayat 186
Didalam
surat Al-Baqarah 186 yang berbunyi :
Artinya
:
Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku
dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.
Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka
memperoleh kebenaran.[2]
Doa berasal dari bahasa Arab
"ad-du'aa" jamak dari "da'wah". Makna
doa adalah permohonan pertolongan dan bantuan seorang hamba kepada
Tuhannya. Hakikat doa adalah menunjukkan kebutuhan kepada-Nya dan
mengakui tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik-Nya. Dalam doa
terdapat pujian kepada Allah dan penyandaran kebaikan dan kemuliaan-Nya.
Dalam
penjelasan Allah Ta'ala, ayat yang memotivasi untuk berdoa ini diselipkan di
antara hukum-hukum puasa sebagai petunjuk agar bersungguh-sungguh dalam
berdoa setelah menyelesaikan jumlah hari dalam sebulan, bahkan pada setiap
kali berbuka, sebagaimana hal itu diriwayatkan oleh Abu Daud at-Thayalisi
dalam musnadnya dari Abdullah bin Umar, dia berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw bersabda,
"Ketika
orang yang berpuasa berbuka maka dia memiiki doa yang diijabahi
(dikabulkan)" (HR Abu Daud)
Ibnu
Abi Hatim berkata dengan sanadnya dari Muawiyah bin Haidah al-Qusyairi,
"Seorang Badui bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita itu dekat
sehingga kita dapat bermunajat kepada-Nya ataukah jauh hingga Dia perlu kita
seru?' Nabi diam sejenak, kemudian turunlah ayat, "Dan apabila
hamba-hambaku bertanya tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon
kepada-Ku," Apabila kamu menyuruh mereka berdoa kepada-Ku, maka
berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkan.
Imam Ahmad meriwayatkan dari
Abu Musa Al-Asy'ari, dia berkata, "Kami tengah bersama Rasulullah saw.
dalam suatu perang. tidaklah kami mendaki tanjakan, menaiki bukit, dan
menuruni lembah melainkan kami bertakbir dengan suara lantang."
Abu Musa berkata, "Maka Rasulullah mendekati kami, kemudian bersabda,
'Wahai manusia, kasihanilah dirimu. Sesungguhnya kamu tidak berdoa
kepada yang tuli atau ghaib, kamu berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. Sesungguhnya Zat yang kamu seru adalah lebih dekat kepadamu
daripada dekatnya kamu ke leher kendaraannya. Hai Abdullah bin Qais,
maukah kuajari kamu sebuah kalimat dari perbendaharaan surga? Yaitu
'tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.'" Hadits
ini dikemukakan dalan shahihain dan oleh sekelompok ulama hadits
lainnya. Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.
bersabda,
"Doa seseorang di antara kamu akan dikabulkan selama
dia tidak meminta untuk dipercepat dengan mengatakan, 'Aku sudah berdoa,
namun doaku tidak dikabulkan,'" (HR Malik)
Hadits ini dikemukakan dalam shahihain dari Malik. Dari Anas dikatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seorang hamba senantiasa berada dalam kebaikan selama dia tidak meminta untuk disegerakan." Para sahabat bertanya, "Bagaimana cara memintanya?" Rasulullah saw. bersabda, "Orang itu mengatakan, 'Aku sudah berdoa kepada Tuhanku, namun doakutidak kunjung dikabulkan.'"
Ibnu Mardawih meriwayatkan dari
Abu Shalih, dari ibnu Abbass, telah menceritakan kepadaku Jabis bin Abdillah,
"Bahwa Nabi saw. membaca ayat, 'Apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang
Aku kepadamu, maka sesungguhnya Aku adalah dekat; aku memenuhi permohonan
orang yang berdoa jika dia memohon kepada-Ku.' kemudian Rasulullah
bersabda, 'ya Allah, Engkau menyuruh berdoa dan untuk menyerahkan pemenuhan
doa kepada-Mu. Ya Allah, aku memenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu,
sesungguhnya segala puji dan nikmat serta kerajaan adalah milik-Mu, tiada
sekutu bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa Engkau adalah Tunggal, Esa, tempat
bergantung, tidak melahirkan, tidak dilahirkan, dan tidak ada satu perkara
pun yang sepadan dengan-Mu. Aku bersaksi bahwa janjimu itu Hak.
Aku bersaksi bahwa pertemuan dengan-Mu itu hak, surga itu hak, neraka juga
hak, dan kiamat pasti datang serta tak dibimbangkan, dan Engkau pun akan
membangkitkan makhluk dari kubur.'"[3]
Sementara
itu, al-Hafizh Abu Bakar al-Bazar meriwayatkan dari Anas, dari Nabi saw.
bahwa beliau bersabda,
"Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, satu
untukmu, satu untuk-Ku, dan satu antara Aku dan kamu. Satu untuk-Ku
adalah hendaklah kamu menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan apa
pun. Yang satu untukmu ialahapa pun yang kamu amalkan akan Aku
tepati. Dan yang satu antara Aku dan kamu ialah, kamu yang berdoa dan
Aku yang mengabulkannya.'" (HR Al-Bazar)
Ayat yang memotivasi berdoa ini Allah Ta'ala menjelaskan sebagai selingan dari penuturan hukum-hukum puasa. Cara demikian merupakan bimbingan dari Allah agar bersungguh-sungguh dalam berdoa setelah menuntaskan bilangan puasa selama sebulan, bahkan setiap kali berbuka. Sebagaimana hal itu diriwayatkan oleh Imam Abu Daud ath-Thayalisi dengan sanadnya dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa dia mendengar Rasulullah saw. bersabda,
"Bagi seorang yang berpuasa, maka saat berbuka puasa
adalah saat diijabahnya doa." (HR Abu Daud)
Oleh karena itu, apabila Abdullah bin Umar berbuka, maka dia berbuka bagi keluarga dan anak-anaknya. Dalam musnad Imam Ahmad, Sunan Tarmidzi, nasa'i, dan Ibnu Majah dikatakan dari Abu Hurairah bahwa berkata rasulullah saw.,
"Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak;
penguasa yang adil, orang yang berpuasa hingga dia berbuka, dan permohonan
orang yang dizalimi. Allah akan menaikkan doa itu pada hari kiamat
tanpa penghalang dan akan dibukakan pintu-pintu langit bagi doa itu serta Dia
berfirman, 'Demi kemuliaan-Ku, sesungguhnya Aku akan menolongmu walaupun
setelah waktunya berakhir. '" (HR Ahmad)
|
Ibnul Jauzi dalam tafsirnya ( I / 189) berkaitan
dengan ayat diatas menyebut lima peristiwa tentang latar belakang turunnya ayat
diatas adalah :
Pertama
: seorang arab badui mendatangi Nabi SAW kemudian berkata : apakah Rabb kita
dekat sehingga kita bermunajad (berbisik) dengan-Nya ataukah jauh sehingga kita
menyeruh-Nya ? maka turunlah ayat ini.
Kedua
: yahudi Madinah berkata : wahai Muhammad ! Bagaimana Rabb kita mendengar doa
kita sedangkan engkau menganggap antara kita dan langit berjarak perjalanan
lima ratus tahun ? maka turunlah ayat ini.
Ketiga
: Mereka (Sahabat) berkata : Wahai Rasulullah ! seandainya kita mengetahui
kapan waktu yang paling disukai Allah untuk kita berdoa dengan doa kami. Maka
turunlah ayat ini.
Keempat
: sahabat-sahabat Nabi SAW berkata kepadanya : dimana Allah ? maka turunlah
ayat ini.
Kelima
: ketika diharamkan makan dan hubungan suami istri setelah bangun tidur pada
masa awal-awal diwajibkannya puasa atas orang-orang islam, seorang dari mereka
(sahabat) makan setelah bangun tidur dan seorang berhubungan suami isteri
setelah bangun tidur, maka mereka bertanya : Bagaimana cara bertaubat dari apa
yang telah mereka lakukan ? kemudian turunlah ayat ini.
Dari penjelasan diatas bahwa dakwah bukan hanya
berupa ajakan, seruan, panggilan tetapi lebih mengandung makna yang lebih luas
yaitu doa.
B. Pengertian Dakwah
Menurut Ayat Lain
v Dalam
surat Ar-Rum ayat 25 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya
:
Dan diantara
tanda-tanda kebesaran-Nya ialah berdiri-Nya langit dan bumi dengan kehendak-Nya.
Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu
keluar.[4]
Segala sesuatunya berjalan seperti
itu hingga masa berlakunya tatanan dunia ini habis, pada saat itu akan kacaulah
tatanan alam, lalu bumi ini diganti dengan bumi yang lain, gunung-gunung akan
hancur lebur. Dan pada saat itu kalian akan keluar dari kubur kalian dengan
segera, yaitu sewaktu penyeru (Malaikat Israfil) memanggil kalian untuk hidup
kembali.[5]
Ayat lain yang maknanya senada
adalah firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 52 :
Artinya
:
Yaitu pada hari dia memanggil
kalian, lalu kalian mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kalian mengira bahwa
kalian tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.
Artinya
:
Maka sesungguhnya
kebangkitan itu hanya satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup
kembali. (An-Naziat 13-14)
Dan
firman-Nya yang lain :
Artinya
:
Tidak adalah teriakan
itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kapada
kami. (Yasin 53)
Dari Surat Ar-Rum ayat 25 di atas
menerangkan bahwa tanda-tanda yang lain kekuasaan Allah adalah langit tanpa
tiang penyangga dan bumi yang bulat tanpa ada tiang pancangnya. Berdirinya
langit dan bumi dengan iradat Allah mengandung arti bahwa eksistensi keduanya
tetap dalam penjagaan dan pengaturan-Nya. Dengan iradat Allah (biamrihi) disini
maksudnya adalah kekuasaan dan kesanggupan-Nya. Bila seseorang berpendapat
bahwa alam semesta ini, baik langit maupun bumi, telah ada sedemikian rupa
menurut tabiatnya, tanpa dipelihara oleh Allah, bagaimana pula pendapat mereka
tentang aturan alam yang sangat harmonis itu, sehingga yang satu dengan yang
lainnya, tak pernah bertabrakan.
Sebagian manusia mengingkari alam
ini ciptaan Allah dan berada dibawah penjagaannya karena tidak mau mengakui
keesaan-Nya. Langit dan bumi akan tetap dalam keadaannya yang sekarang ini
sampai datannya suatu saat yang telah ditentukan, yaitu terjadinya hari kiamat.
Ketika saat itu datang, manusia akan memenuhi panggilan Tuhan untuk bangkit
dari dalam kubur.[6]
Kapan datangnya hari kebangkitan itu
tidak diketahui oleh seorangpun. Suatu hal jelas adalah seruan kebangkitan
datang setelah manusia mati semuanya. Ungkapan “seketika” itu kamu keluar (dari
kubur), menunjukan bahwa kebangkitan dari kubur itu langsung setelah seruan
tidak terlambat walaupun sesaat”.
Kata-kata seketika itu atau kata tiba-tiba dalam
ayat 25 ini di tujukan kepada mereka yang tidak menghendaki hari kebangkitan,
dan tidak tidak percaya dengan hari akhirat. Oleh karena itu, dapat dipahami
apabila mereka dibangkitkan pada hari kiamat, mereka tercengang dan merasa
heran.[7]
v Dalam
surat Ar-Ra’du ayat 14 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya
:
Hanya kepada Allah doa
yang benar. Berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
mengabulkan apapun bagi mereka, tidak ubahnya seperti orang yang meombukakan
kedua telapak tangannya kedalam kedalam air agar (air) sampai ke mulutnya.
Padahal air itu tidak akan sampai kemulutnya. Dan doa orang-orang kafir itu,
hanyalah sia-sia belaka.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang memiliki
wewenag untuk mengabulkan doa yang benar. Ada pula yang menafsirkan : hanya
kepada Allah saja seruan yang benar tentang ketauhidan, kemurnian, dan
keikhlasan dalam beribadah. Berhala-berhala yang disembah kaum musyrik tidak
dapat mengabulkan doa mereka sedikitpun. Meminta sesuatu kepada berhala ibarat
orang yang ingin minum, tetapi hanya membuka kedua telapak tangannya kedalam
air. Ia berharap supaya air itu naik sendiri kedalam mulutnya. Padahal air itu
tentu tidak akan mungkin masuk dengan sendirinya kedalam mulutnya tanpa
ditampung dengan kedua telapak tangan. Demikian pula berhala-berhala yang
mereka sembah, jangnkan memenuhi permintaan penyembahnya, ditanya saja mereka
tidak dapat menjawab.
Doa dan ibadah orang-orang kafir kepada berhala hanya
sia-sia belaka. Bila mereka berdoa kepada Allah, doanya tidak dikabulkan karena
mereka tidak meyakini kekuasaan-Nya. Jika mereka berdoa kepada berhala-berhala,
sedikitpun mereka tidak bias mendengar apalagi menagbulkan permintaanya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
v Dalam
Surat Al-Baqarah 186 menjelaskan bahwa pengertian dakwah merupakan doa dan
tidak selamanya yang dipahami selama ini berupa ajakan, seruan, panggilan,
mengundang.
v Dalam
Surat Ar-rum 25 menjelaskan bahwa pengertian dakwah yang bermakna panggilan
v Dalam
Surat Ar-Ra’ad menjelaskan bahwa pengertian dakwah bermakna doa
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta : Pustaka
Firdaus, 1997
Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang
: CV. Toha Putra Semarang, 1992
Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta
: Mekar Surabaya, 2002
Departemen
Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta :
Lemwbaga Pencetakan Al-Qur’an Departemen Agama, 2009
[1] Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Pustaka
Firdaus, 1997), h.23
[2] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Mekar
Surabaya, 2002) h 35
[4] Ibid
[5] Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang
: CV. Toha Putra Semarang, 1992), h 73
[6]Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta : Lemabaga
Pencetakan Al-Qur’an Departemen Agama, 2009) h 488-489
[7] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar